Bikin Merinding, Kisah Mistis Kuburan Korban G30S PKI di Banjar Masean
Krama Banjar Masean, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, berencana ngangkid watang (mengusung jenazah) beberapa korban G30S/PKI yang dikuburkan di seberang SDN 3 Batuagung pada Wraspati Umanis Ugu
Dihantui Penampakan Korban sampai Tingginya Masalah Tingkah Pati
Sesudah diangkat, jenazah beberapa korban akan langsung diaben. Ragkaian yadnya ini dipungkasi dengan pacaruan di tempat pada Wraspati Wage Wayang,
Acara ngangkid watang sekaligus juga pengabenan ini mempunyai tujuan menyucikan roh ke-9 korban keganasan G30S/PKI supaya mendapatkan tempat yang wajar. Disamping itu mempunyai tujuan bersihkan wewidangan (daerah) banjar tradisi dari leteh atau kekotoran dengan niskala. Ketua Panitia perombakan kuburan, Ida Bagus Ketut Mariana, 37, yakini ke-9 arwah korban G30S/PKI itu masih gentayangan. Kepercayaan ini berdasarkan dari beberapa insiden mistis yang dirasakan beberapa krama ditempat.
Menurut pembicaraan krama, ada yang seringkali didatangai lewat mimpi serta lihat penampakan korban di tempat kuburan. “Banyak masyarakat yang lihat penampakan pada malam serta pagi hari. Intinya lihat yang aneh-aneh. Baru saja ini, cucu dari salah satunya korban G30S/PKI lihat figur kakeknya di tempat,” papar Mariana, Selasa (20/10).
Disamping itu, ada fakta tingginya masalah tingkah pati berbentuk gantung diri di Banjar Tradisi Masean. Dari tahun 1965 sampai 2015 atau sepanjang 50 tahun ada 50 masalah gantung diri. Bila dirata-ratakan, tiap tahun ada 1 krama yang mati gantung diri. Beberapa korban gantung diri ada dari keluarga sembilan korban G30S/PKI. “Di kuburan iini disebutkan ada 11 jenazah yang ditanam pada enam lubang. Tetapi satu lubang yang dihuni kakak adik sudah dirombak serta diupacarai faksi keluarga pada tahun 1984,” paparnya.
Hingga sekarang masih ada 9 korban yang terkubur serta dipercaya tertanam di lima lubang yang lain. Urutan ke lima lubang bersisihan, memajang seputar 20 mtr.. Tiap lubang sudah diikuti patok kayu sesuai dengan panduan tempat yang didapat dari panglingsir banjar. “Kami ajak salah satunya saksi pembantaian G30S/PKI yang masih hidup, Ida Bagus Krenda alias Kakiang Krenda untuk tahu beberapa korban dikubur. Kami juga mengumpulkan data-data korban,” papar Mariana.
Dari pencarian dengan minta info saksi hidup pembantaian itu, dua korban belum ditemukan keluarganya. “Dua ini yang belum juga kita tahu keluarganya. Dari pembicaraan beberapa panglingsir, Pak Pugig tuturnya datang dari Desa Pandak (Kecamatan Kediri, Tabanan). Sedang Wayan Gandra dari Kelurahan Lelateng Kecamatan Negara. Dahulu keluarganya disebutkan tinggal di Banjar Panceseming, tetapi tidak ada. Kita masih berupaya cari keluarga mereka,” lebih Mariana.
Sesaat Pelaksana Pekerjaan Kelian Banjar Tradisi Masean, Ida Bagus Ketut Siwa, 46, mengamini pengutaraan ketua panitia. Siwa yang tinggal bersisihan dengan kuburan korban G30S/PKI itu akui pernah merasai ada masalah mistis. Dia lihat penampakan kuda hitam berkuran besar yang melonjak di tempat. Kuburan ini ada di seberang SDN 3 Batuagung dekat pertigaan tepian di antara Banjar Masean dengan Banjar Munduk Kemoning, Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana. “Kalau saya cuma sempat lihat kuda besar hanya itu,” akunya.
Masyarakat yang lain akui ada lihat penampakan sesosok pria tanpa ada kepala membawa kepala serta mondar-mandir di dekat kuburan. Ada juga yang lihat penampakan lelaki yang kepalanya berlumuran darah. Tidak itu saja, ada pula yang lihat tempurung kepala berisi gigi menggelinding di seputaran tempat. “Kami yakini ini arwah beberapa korban keganasan G30S/PKI. Penampakan itu cuma di seputar tempat, belum pernah sampai sentuh jalan aspal. Gerakan penampakan itu cuma sampai tepian Banjar Petanahan, Desa Batuagung. Konon tuturnya, sesudah dibunuh, jenazah-jenazah ini tidak diperbolehkan melalui ke selatan, hingga dikubur demikian saja di tempat ini,” tambah Siwa.