Berani Kesini? Aroma Mistis Museum Santet Surabaya, Penuh Misteri
Aroma Mistis Menusuk di 'Museum Santet' Surabaya - Bertandang ke Surabaya kurang komplet bila tidak berkunjung ke salah satunya cagar budaya Museum Kesehatan Dr Adhyatma-Depkes RI di Jalan Indrapura 17, Surabaya. Warga seputar mengatakan museum teluh. Ada apakah di dalamnya?, benda serta situasi yang terjaga memang beraroma mistis.
Kelihatan salah satunya pelopor museum itu, Dr. Haryadi Suprapto, bawa tiga dupa berwarna merah ke arah salah satunya sasana kesehatan pendidikan di museum. Waktu diberi pertanyaan untuk apa dupa itu, ia tersenyum. "Mereka yang meminta tetapi ini cuma teratur saja, saya berikan mereka (makhluk halus) tidak ada keyakinan khusus, saya cuma simpan di ruangan dunia lain,"kata Haryadi.
Museum ini buka tiga sasana untuk pengunjung. Pertama, sasana kesehatan serta pendidikan, lantas sasana kebudayaan, serta sasana kesehatan reproduksi dan ada pula museum luar. Masuk ruang pertama sasana kesehatan pendidikan, ada beberapa patung Dewa Airlangga, beberapa barang kuno seperti beberapa alat kedokteran, dan piagam-piagam terhitung juga seks toys (alat peraga sex/simulator) jadi alat kesehatan.
Disana ada juga celana anti pemerkosaan. Tidak itu saja ada pula beberapa sepeda kebo serta motor jaman Belanda. Ada pula bangku roda rotan untuk pasien dan beberapa puluh mikroskop yang diatur rapi, kasur persalinan. Disamping itu mesin fotocopy kuno serta bangku check gigi.
Masuk sasana selanjutnya kelihatan beberapa photo beberapa hal aneh seperti penampakan Semar di Parangtritis, uang Soekarno yang lentur waktu menekuk di taruh di telapak tangan, serta ada pula photo manusia magnet. Dalam photo itu piring sendok melekat di badan seorang. terlihat beberapa hewan yang seringkali didapati serta pernah diakui jadi hewan penebar penyakit yang diawetkan. Ada sapi, tikus, musang, trenggiling, kupu-kupu, nyamuk, dan tiruan badan manusia.
Panorama itu persisnya ada di sasana flora serta fauna Museum Kesehatan Adhyatma Surabaya yang jaraknya cuma lima langkah dari satu gudang museum.Haryadi menjelaskan jika menelusuri isi museum ini bukanlah saja akan meningkatkan wacana berkaitan dunia kesehatan, tetapi bisa lihat kenyataan warga yang sampai sekarang masih meyakini beberapa hal mistik.
Di museum itu ada boneka Jelangkung yang diketahui jadi permainan mistik diantaranya untuk mendiagnosa penyakit serta penyembuhan. Boneka Jelangkung ini harus digenggam oleh dua anak yang masih suci serta dibantu seorang pawang. Sedang boneka Nini Towok yang permainannya harus dengan ritual mempunyai arah untuk jaga keselamatan desa serta menampik bala.
Yang mainkan Nini Towok harus orang yang telah tua.Tidak cuma patung Jelangkung serta Nini Towok, ada juga dokumentasi usaha warga yang pemula perlakuan medis dalam mengatasi pasien kelainan mental dengan dipasung. Langkah ini seringkali dipakai waktu masa kolonial Belanda dahulu serta sampai sekarang di beberapa wilayah.Ada pula tiruan buah pisang, jeruk, tomat, semangka, jambu monyet, terong, dan nasi serta air putih yang di taruh dalam kotak kaca yang tertulis puasa kejawen.
Dalam suatu ruang ada rack untuk simpan koleksi Therapy Baju. Didalamnya diantaranya kain ulos dari Batak, selendang kuning yang diakui warga Dayak dapat menampik bala. Sejauh ini kain punya kepala suku Dayak dipercaya bisa membuat perlindungan badan dari serangan mistis. Di sebelahnya kelihatan almari therapy musik, berisi beberapa alat musik tradisionil untuk pengobatan, contohnya kempyeng serta bende wedok.
Tidak hanya dua gedung yang simpan perlengkapan serta fasilitas penyembuhan tradisionil serta kekinian, ada satu ruang yang tertutup rapat serta terkunci. Dibagian pintunya ada tulisan “dunia lain”.Menurut Haryadi, ruang itu tertutup, serta tidak kesemua orang dapat masuk.
Untuk ke arah ruang itu harus melalui lorong dengan jejeran peti mati serta kuali (gentong)"Kuncinya berada di saya, cuma yang bisa lihat ya tidak apa apa, karenanya cuma sisa wc saja tetapi yang dapat yang tidak ada apa-apa sebetulnya," kata Haryadi.Menurutnya lumrah saja bila ada warga yang menjelaskan museum itu ialah museum teluh.
"Sebetulnya museum ini ialah museum kesehatan tetapi bila warga menjelaskan itu museum teluh tidak salah sebab tentu saja itu non medis pengobatannya tentu saja," kata Haryadi.
Kelihatan salah satunya pelopor museum itu, Dr. Haryadi Suprapto, bawa tiga dupa berwarna merah ke arah salah satunya sasana kesehatan pendidikan di museum. Waktu diberi pertanyaan untuk apa dupa itu, ia tersenyum. "Mereka yang meminta tetapi ini cuma teratur saja, saya berikan mereka (makhluk halus) tidak ada keyakinan khusus, saya cuma simpan di ruangan dunia lain,"kata Haryadi.
Museum ini buka tiga sasana untuk pengunjung. Pertama, sasana kesehatan serta pendidikan, lantas sasana kebudayaan, serta sasana kesehatan reproduksi dan ada pula museum luar. Masuk ruang pertama sasana kesehatan pendidikan, ada beberapa patung Dewa Airlangga, beberapa barang kuno seperti beberapa alat kedokteran, dan piagam-piagam terhitung juga seks toys (alat peraga sex/simulator) jadi alat kesehatan.
Disana ada juga celana anti pemerkosaan. Tidak itu saja ada pula beberapa sepeda kebo serta motor jaman Belanda. Ada pula bangku roda rotan untuk pasien dan beberapa puluh mikroskop yang diatur rapi, kasur persalinan. Disamping itu mesin fotocopy kuno serta bangku check gigi.
Masuk sasana selanjutnya kelihatan beberapa photo beberapa hal aneh seperti penampakan Semar di Parangtritis, uang Soekarno yang lentur waktu menekuk di taruh di telapak tangan, serta ada pula photo manusia magnet. Dalam photo itu piring sendok melekat di badan seorang. terlihat beberapa hewan yang seringkali didapati serta pernah diakui jadi hewan penebar penyakit yang diawetkan. Ada sapi, tikus, musang, trenggiling, kupu-kupu, nyamuk, dan tiruan badan manusia.
Panorama itu persisnya ada di sasana flora serta fauna Museum Kesehatan Adhyatma Surabaya yang jaraknya cuma lima langkah dari satu gudang museum.Haryadi menjelaskan jika menelusuri isi museum ini bukanlah saja akan meningkatkan wacana berkaitan dunia kesehatan, tetapi bisa lihat kenyataan warga yang sampai sekarang masih meyakini beberapa hal mistik.
Di museum itu ada boneka Jelangkung yang diketahui jadi permainan mistik diantaranya untuk mendiagnosa penyakit serta penyembuhan. Boneka Jelangkung ini harus digenggam oleh dua anak yang masih suci serta dibantu seorang pawang. Sedang boneka Nini Towok yang permainannya harus dengan ritual mempunyai arah untuk jaga keselamatan desa serta menampik bala.
Yang mainkan Nini Towok harus orang yang telah tua.Tidak cuma patung Jelangkung serta Nini Towok, ada juga dokumentasi usaha warga yang pemula perlakuan medis dalam mengatasi pasien kelainan mental dengan dipasung. Langkah ini seringkali dipakai waktu masa kolonial Belanda dahulu serta sampai sekarang di beberapa wilayah.Ada pula tiruan buah pisang, jeruk, tomat, semangka, jambu monyet, terong, dan nasi serta air putih yang di taruh dalam kotak kaca yang tertulis puasa kejawen.
Dalam suatu ruang ada rack untuk simpan koleksi Therapy Baju. Didalamnya diantaranya kain ulos dari Batak, selendang kuning yang diakui warga Dayak dapat menampik bala. Sejauh ini kain punya kepala suku Dayak dipercaya bisa membuat perlindungan badan dari serangan mistis. Di sebelahnya kelihatan almari therapy musik, berisi beberapa alat musik tradisionil untuk pengobatan, contohnya kempyeng serta bende wedok.
Tidak hanya dua gedung yang simpan perlengkapan serta fasilitas penyembuhan tradisionil serta kekinian, ada satu ruang yang tertutup rapat serta terkunci. Dibagian pintunya ada tulisan “dunia lain”.Menurut Haryadi, ruang itu tertutup, serta tidak kesemua orang dapat masuk.
Untuk ke arah ruang itu harus melalui lorong dengan jejeran peti mati serta kuali (gentong)"Kuncinya berada di saya, cuma yang bisa lihat ya tidak apa apa, karenanya cuma sisa wc saja tetapi yang dapat yang tidak ada apa-apa sebetulnya," kata Haryadi.Menurutnya lumrah saja bila ada warga yang menjelaskan museum itu ialah museum teluh.
"Sebetulnya museum ini ialah museum kesehatan tetapi bila warga menjelaskan itu museum teluh tidak salah sebab tentu saja itu non medis pengobatannya tentu saja," kata Haryadi.