Seram Ini Cerita Mistis Gunung Bawakaraeng, Pendaki Hilang, serta Narasi Pasar Hantu
Bawakaraeng, Pendaki Hilang, serta Narasi Pasar Hantu - Bawakaraeng sesuatu gunung populer di Sulawesi Selatan (Sulsel). Gunung yang terdapat di Kabupaten Gowa ini adalah satu diantara tempat favorite beberapa pendaki.
Nama Gunung ini datang dari bahasa Makassar. Bawa serta bermakna mulut, sedang Karaeng disimpulkan jadi Tuhan. Hingga Bawakaraeng dalam bahasa Indonesia bermakna mulut Tuhan.
Sebab adalah favorite pendaki, ada beberapa momen yang seringkali berlangsung di Bawakaraeng.Terhitung insiden hilangnya beberapa pendaki sebab tersesat. Insiden paling baru hilangnya seseorang pendaki menerpa, Galih Andika.
Baca : Dua Minggu Berlalu Saat Hilangnya Pendaki di Bawakaraeng
Pemuda 20 Tahun itu dikatakan hilang, Minggu (10/2/2019), serta sampai masuk hari ke-19, Jumat (1/3/2019), berita kehadiran Galih belum didapati.
Insiden hilangnya pendaki banyak juga melahirkan cerita-cerita masalah Gunung Bawakaraeng.
Baik masalah pantangan, norma, sampai cerita mistis Pasar Anjaya serta hantu Noni yang terus mengalun sampai sekarang.
Tempat Berkumpulnya Hantu di Pasar Anjaya
Narasi mistis yang seringkali dikisahkan golongan pendaki di Bawakaraeng ialah Pasar Anjaya. Tempatnya terdapat antara Gunung Bawakaraeng serta Lompo Battang. Bila disaksikan dari peta Google, tempat yang disebutkan Pasar Anjaya memang kelihatan paling berlainan.
Karena, pohon-pohon terlihat melingkari tempat Pasar Anjaya tanpa ada satu juga batang pohon di titiknya. Entahlah darimanakah asal mula nama Pasar Anjaya, tetapi warga seputar Bawakaraeng mengatakan pasar hantu atau tempat berkumpulnya Jin.
Tanah Lega ditengah-tengah pohon-pohon yang disebutkan warga jadi Pasar Anjaya. (Detik Travel)
Itu berdasar narasi beberapa pendaki yang seringkali dengar suara keramaian, tetapi waktu tempatnya disaksikan terlihat cuma tanah lega luas ditengah-tengah pohon-pohon besar yang mengitarinya.
Tempat Pasar Anjaya yang sampai sekarang tidak ditumbuhi pohon makin meningkatkan kental narasi mitos disana. Beberapa pendaki yang akan lewat di Pasar Anjaya dianjurkan tidak untuk menempatkan tenda di tempat itu.
Karena narasi keanehan sampai suara keramaian akan terdengar tidak dapat dilihat.
Hantu Noni di Pos 3
Tidak hanya Pasar Anjaya, narasi hantu Noni di pos 3 Gunung Bawakaraeng adalah cerita yang seringkali terdengar. Masyarakat seputar kaki Gunung Bawakaraeng, di Kampung Lembanna telah tidak asing dengan narasi hantu Noni.
Noni seringkali diceritakan jadi hantu wanita berparas cantik. Ada bermacam versus narasi masalah wafatnya Noni sampai terus bergentayangan di pos 3.
Narasi yang paling umum, Noni diceritakan adalah pendaki wanita yang teratur mendaki di Bawakaraeng bersama dengan kekasihnya seputar 1970 atau 1980-an. Pesona keindahan alam Bawakaraeng membuat Noni yang mukanya dikisahkan campuran Belanda jadikan Bawakaraeng jadi favoritnya.
Tetapi, seiring berjalannya waktu Noni tidak kelihatan bersama dengan kekasihnya waktu akan kembali mendaki. Masyarakat di kaki Gunung tidak lihat muka ceria Noni seperti umumnya. Narasi kematian Noni lalu menebar saat seseorang petani temukan jasadnya bergantung di pos 3.
Konon, Noni disangka akhiri hidupnya sebab sakit hati pada sang kekasih. Pohon yang disebutkan jadi tempat Noni gantung diri sampai sekarang tetap berdiri kuat di pos 3.
Akhir ironis itu membuat narasi Hantu Noni terus terdengar di golongan pendaki. Beberapa pendaki dikisahkan sudah pernah lihat langsung hantu Noni. Tetapi, cerita-cerita mengenai hantu Noni sampai sekarang masih jadi mitos di golongan warga.
Beberapa orang yakin akan kehadiran Hantu Noni, serta beberapa yang lain memandang cuma satu cerita mistis yang masih bertahan sampai sekarang. Tetapi, bukti jika beberapa pendaki seringkali hilang di Gunung Bawakaraeng masih sering berlangsung. Sebagian orang seringkali mengaitkannya dengan beberapa hal mistis.
Dibalik cerita itu, keindahan serta situasi Gunung Bawakaraeng masih jadi diva tertentu buat golongan pendaki. Terhitung masalah pantangan serta kebersihan yang terus disurakan oleh beberapa pendaki supaya masih dijaga.